Rabu, 15 Februari 2012

my first and longest poetry.


Reinkarnasi Sang Harum

Biji itu kutanam...
Kau datang menyentuh kisahku
Datang dengan sangat perlahan..
Tiap hari bertatap, berpapasan..
Hari itu kau coba tuk mencuri pandanganku..
Kau singkirkan wanita yang berdiri didepanmu...
Demi aku... Begitu kukira..

Biji itu mulai tumbuh..
Kau mulai mencoba mengirim pancaran perasaan
yang tak tak mudah tuk dimengerti...
kau kirimkan simpulan senyum yang menyiratkan
sesuatu... aku tau...
mungkin juga hanya sebuah senyum belaka...
kau buat aku menduga duga... begitu kukira..

Biji tumbuh menjadi daun..
Kau lebih dekat denganku..
Kita mulai saling bicara dengan suasana canggung..
Kau coba tuk lebih dekat denganku..
Dimana mana kita bersua, senyum selalu tetap disana..
Apa kau mengikutiku.. begitu kukira...

Daun itu mulai tumbuh meninggi...
Pesan mulai masuk dalam peri kecil kecilku..
Kau bertanya tentang ini dan itu..
Kau bicara seolah olah kau kakakku..
Kau bersikap seperti tuan akrab seorang teman..
Bicara kasar pun sudah biasa diantara kau dan aku..
Apakah kau ingin mendekatiku..
Ataukah ini adalah awal dari sebuah pesakitan dari konsekuensi abstrak itu..
Aku terus menduga duga... Salah satu diantaranya.. Begitu kukira..

Di bibit yang terus tumbuh itu mulai tumbuh bunga kecil..
Semakin dekat denganmu..
Aku mulai terpaut oleh bayang bayangmu..
Guratan kenangan bisu mulai muncul..
Ku kira kau mungkin pangeran dalam riwayat umurku..
Karna sungguh kau buatku selalu ingin bergembira dan mensyukuri segalanya..
Mungkin beginilah rasa kuat yang kadang orang tak mengerti..
Semoga aku tak salah.. Begitu harapku.. Semoga benar.. begitu kuduga..

Bunga kecil itu tumbuh besar sungguh indah harumnya pun memenuhi ruangan..
Kau dan aku bagaikan sejoli yang  melihat dunia sebagai duplikat surga..
Tapi semua belum pasti..
Mungkin kau hanya melampiaskan selera humormu..
Atau kau hanya mempermainkan aku..
Mungkin juga kau memang serius dan benar..
Kata kata itu tak kunjung datang..
Kau tau? Kalimat apa yang kutunggu tunggu..
Kubiarkan kau berfikir.. semoga sesuai harapanku.. Begitu kukira..

Bunga itu mulai merunduk dan didatangi serangga...
Kau mulai lelah, lelah tuk mmencoba menyentuh...
Apa yang ada diotak dan ladang gelap di dada...
Aku mulai merasa sulit mendapat kebahagiaan walau itu hanyalah secuil..
Saat aku mendapat secuil dari kebahagiaan itu, aku sangat merasa tenang..
Tapi kenapa kau menghapusnya..
Ku pikir kau jahat..

Bunga itu mulai layu..
Hancur.. terluka... cukup.. terlalu jauh.. tapi kau.. entahlah.
Hatimu ternyata bukan untukku, curang, kau telah jatuhkan kegelapan ini..
Hati yang lain itu, benar tak tau diriku..
Kau berkata kau hanya bersikap biasa.. semua bukan kenyataan..
Tak tau harus bagaimana...
Ku kira dugaanku benar..
Kau hanya menyeretku pada lubang kecil nan gelap sang luka..
Fikirku benar benar salah..
Sudah kuputuskan aku menerima konsekuensi dari hal itu..
Ini memang salah satu goresan tinta dalam harmoni teka teki riwayatku..
Memang benar semua berujung pesakitan yang tajam berduri, melukaiku...
Ku kira tak bengini..

Bunga itu mulai kering dan jatuh...
Cukup lama aku berdiam karna kekelaman luka yang membekaskan duri..
Melamun di tiap riwayatku..
Argh... membuang buang waktu.. kepalaku berat.. sungguh..
Walau mencoba tuk bangkit dari ladang kesuraman itu, membuka mata, tapi tak bisa..
Terlalu berat ,dalam ,dan luas, kekuatan itu..
Lebih sakit, karena kau sedikit pun tak perduli..
Baru sekarang aku menangis sejak bewindu tahun lalu..
Kukira benar benar salah..

Vas itu kosong..
Kulihat benda coklat dipojok ruangan..
Usang.. sungguh tak indah dipandang..
Vas bunga itu kosong, dan dibawahnya tergeletak seonggok bangkai bunga..
Bungga dari biji yang kutanam kemarin kemarin..
Aku suka bunga dan benci bangkai bunga..
Biji bunga yang ada disaku celanaku harus ditanam disana..
Kupikir begitu..

Kutanam biiji bunga itu..
Tiap hari kuperhatikan..
Aku lupa.. pada kekelaman dari hati, hal yang membuatku beku..
Mencoba mencari makna..

Bunga yang layu tidak indah untuk dipandang, tidak baik untuk dibuang, tidak elok untuk diinjak..
Lebih baik untuk dikubur.. dan menjadi guna untuk biji yang lainnya..

Kini disudut ruanganku ada bunga yang selalu tumbuh, indah, dan mengharumkan ruanganku.. memberi warna dalam ruangku..
Aku yakin semua hanyalah warna..
warna dalam riwayat hidupku dan si bunga...